Bocah asal Sukabumi, Jawa Barat bahkan bisa menghabiskan sebungkus rokok berisi 20 batang.
Juga ada cerita soal Ardi Rizal, asal Musi Banyuasin, Sumatera Selatan, yang menggegerkan dunia pada 2010. Bocah yang kala itu berusia 2 tahun sudah jadi pecandu rokok.
Video balita yang dengan santainya menghisap gulungan tembakau membuat jutaan orang geleng-geleng kepala. Apa yang dialami Ardi Rizal membuat mata dunia menyorot tajam ke Tanah Air. Apalagi, meski sudah sembuh dari candu rokok, tubuh bocah tersebut telanjur rusak akibat rokok.
Seperti dikabarkan Daily Mail, Jumat 23 Maret 2012, meski dua cerita itu mengagetkan bagi masyarakat di dunia Barat, sebaliknya bukan hal yang aneh di Indonesia. Di mana diperkirakan ada sejuta anak di bawah usia 16 tahun yang menjadi perokok. Juga sepertiga anak Indonesia tercatat coba-coba merokok di bawah usia 10 tahun.
Media asal Inggris itu lantas membandingkan berita soal Aldi Ilham yang membuat syok dunia dengan kabar Walikota New York, Michael Bloomberg, yang menyumbangkan uang sebesar US$220 juta untuk mengurangi penggunaan tembakau di negara-negara yang memiliki jumlah perokok tinggi.
Miliarder tersebut akan mengumumkan komitmennya pada Bloomberg Philanthropies itu dalam acara Konferensi Dunia Antitembakau di Singapura. "Tembakau membunuh manusia tiap harinya. Kami harus terus melawan dan memelihara momentum perlawanan itu," kata Bloomberg dalam pernyataannya.
Bloomberg, yang meraih banyak untung dalam industri jasa keuangan, menempati peringkat kelima dalam daftar donor paling murah hati pada 2011 versi Chronicle of Philanthropy.
Sumbangan Bloomberg akan ditujukan untuk sejumlah inisiatif, misalnya mendukung UU anti asap rokok, peringatan bahaya di bungkus rokok, dan meningkatkan pajak tembakau.
Fokus akan diarahkan pada level negara dengan pertumbuhan perokok tertinggi dan pemakai tembakau terbesar dunia, yakni China, India, Indonesia, Rusia, dan Bangladesh.
Sebagai Wali Kota New York, Bloomberg sebelumnya juga menerapkan kebijakan anti-rokok demi kesehatan warga. Yakni, melarang rokok di restoran, bar, taman, dan pantai. Ia juga meluncurkan beragam kampanye untuk mengingatkan bahaya tembakau, juga meningkatkan harga dan pajak tembakau.
Dosen Kesehatan Masyarakat di Columbia University, James Colgrove, mendukung inisiatif mengurangi tembakau yang diluncurkan Bloomberg Philanthropies dan Sang Walikota.
"Penyakit yang dipicu tembakau adalah epidemi global," kata dia. "Itu adalah salah satu penyebab kematian yang sebenarnya bisa dicegah." Pengurangan tembakau, dia menambahkan, sepatutnya menjadi prioritas lembaga kesehatan masyarakat, dan juga profesi medis.
Data Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebut, tembakau terkait dengan kematian 6 juta penduduk bumi tiap tahunnya. Kematian terbanyak ada di negara berpenghasilan rendah maupun menengah. (art)
• VIVAnews
No comments:
Post a Comment