Tuesday, April 10, 2012

Malaria Makin Kebal Obat

Sains & Teknologi

Malaria jenis ini ditemukan di perbatasan Thailand dan Myanmar.

Selasa, 10 April 2012, 08:03 WIB
Arfi Bambani Amri 
 
Nyamuk anopheles yang membawa malaria (medindia.ne
t)
VIVAnews - Sebuah jenis malaria semakin kebal atas obat-obatan yang biasa digunakan untuk melawannya di perbatasan Thailand-Myanmar. Sebuah studi selama 10 tahun yang dipublikasikan jurnal kesehatan The Lancet menyatakan, malaria jenis ini bisa saja berkembang ke India dan Afrika.

Penemuan yang dipublikasikan Jumat 6 April 2012 ini berdasarkan observasi atas pasien malaria yang semakin lama butuh waktu untuk sembuh ketika menjalani terapi yang terdiri dari artemisin, sebuah obat yang diramu dari semacam tetumbuhan yang sebelumnya dikira sebagai obat terbaik melawan malaria.

"Strain malaria yang kebal arteminisin ditemukan di perbatasan barat Thailand dan timur Myanmar," kata Profesor Nicholas White dari Mahidol Oxford Tropical Medicine Research Unit, Mahidol University, Bangkok, Thailand, dan Centre for Tropical Medicine, University of Oxford. "Implikasinya adalah mereka telah menyebar atau benar-benar baru di sana."

Kemunculan malaria kebal-obat ini dituding akibat penggunaan ngawur arteminisin dan obat-obatan malaria palsu atau di bawah standar. Butuh aksi lebih besar dari pemerintah dan organisasi kesehatan internasional untuk mengatasi ini, kata White.

"Kita butuh dukungan keuangan serius di kawasan ini, atau dia akan menyebar ke India dan Afrika di mana lebih banyak orang akan terkena," kata White.

White dan rekan-rekannya belum tahu apakah malaria jenis ini yang telah muncul di Kamboja selama delapan tahun belakangan ini. Mereka akan menganalisis gennya untuk mengetahui hubungannya.

White dan timnya mempelajari 3.202 pasien antara 2001-2010 yang terkena Plasmodium falciparum, sebuah spesies malaria yang bisa menyebabkan penyakit parah. Mereka menemukan terapi standar yang mengandung arteminisin butuh waktu lebih lama untuk membersihkan parasit itu dari tubuh mereka.

"Tak ada pasien yang meninggal, namun obat-obatan ini tidak bekerja seperti sebelumnya," kata White.

Malaria yang disebabkan parasit Plasmodium ditularkan melalui gigitan dari nyamuk yang terinfeksi. Gejalanya termasuk demam, sakit kepala dan pusing. Jika tak ditangani, bisa menghalangi suplai darah ke organ vital.
Di tahun 2010, malaria diperkirakan membunuh 655.000 atau 1.794 orang per hari, terutama anak-anak di Afrika. (Reuters, umi)


• VIVAnews

No comments:

terima kasih

atas kunjungan anda