Selama hidupnya, Kenji
Goto menyajikan berbagai tulisan, dari bencana tsunami yang melanda timur laut
Jepang atau konflik di Sierra Leone, sampai kisah menyedihkan mengenai
anak-anak dan kaum miskin.
Berita terbunuhnya wartawan Jepang oleh
militan ISIS itu, mengejutkanJepang dan membuat negara itu berduka, hari Minggu
(1/2), beberapa hari setelah banyak orang berdoa untuk pembebasannya.
"Saya ingin memeluk orang. Itulah cara terbaik untuk
mengungkapkan pendekatan saya,” kata Goto mengenai pekerjaannya, semasa ia
masih hidup. Dalam pekerjaannya sebagai wartawan, Goto, 47 tahun
mengatakan, “Dengan memeluk mereka, saya dapat berbicara dengan orang, saya
dapat mendengar pandangan, penderitaan dan harapan mereka.”
Kenji Goto, pria dengan rambut dikuncir itu ramah, dan tertawanya
lepas. Ia adalah reporter lepas, sering bekerja dengan para pembuat film
dan produser TV Jepang.
Pada tahun 2005 ia menulis buku tentang penderitaan anak-anak di
Sierra Leone, berjudul, "We Want Peace, Not Diamonds.'' Tetapi, Goto
selalu menekankan bahwa dirinya bukanlah wartawan perang. Ia mengabdikan
diri untuk menulis cerita mengenai orang biasa.
Itulah yang membawanya ke kamp-kamp dan panti asuhan. Goto
menceritakan tentang anak-anak yang menderita karena kekerasan, kelaparan dan
yang punya pengalaman buruk.
Karena ketulusan hatinya itu, orang langsung menanggapinya dengan
dukungan yang melimpah dan mengharapkan pembebasannya. Sebuah Facebook
yang langsung dibuat setelah video pertama dikeluarkan oleh militan ISIS bulan
lalu, dengan cepat menarik puluhan ribu orang yang mengklik “suka,” tidak
hanya dari Jepang, tetapi dari seluruh dunia.
No comments:
Post a Comment