Monday, March 9, 2015

Lagi-Lagi Pejabat RI Kembali Disadap, Apa Saja Informasi yang Diambil?




Pengamat jalinan internasional dari Kampus Paramadina Dinna Wisnu menyampaikan info apapun mungkin di ambil oleh tubuh intelijen Selandia Baru (GCSB) serta Australia (ASD) lewat perusahaan telekomunikasi. Direktur Program Pasca Sarjana Bagian Diplomasi Kampus Paramadina itu menyebutkan bermacam info mulai ekonomi serta politik, mungkin jadi tujuan yang di cari.

Dinna menyampaikan waktu dihubungi oleh VIVA. co. id lewat telephone pada Minggu, 8 Maret 2015. Dia menyebutkan, tindakan penyadapan di masa kecanggihan tehnologi seperti sekarang ini tidaklah hal baru.

" Malah telah seluruhnya pekerjaan intelijen seluruhnya negara untuk lakukan praktek itu. Mereka bahkan juga saat ini ikut memerhatikan media sosial untuk mencari berita apa masa saat ini yang dapat trend di masa yang akan datang, " tutur Dinna.

Yang pasti, lanjut Dinna, negara yang dibidik untuk disadap Selandia Baru serta Australia adalah negara utama di lokasi serta untuk geopolitik mereka.

Sesaat, saat di tanya kemungkinan Presiden Joko Widodo yang jadikan tujuan, Dinna juga tak menolak kemungkinan itu. Namun, Dinna memiliki pendapat, bila juga ke-2 tubuh intelijen itu mempunyai info tentang Jokowi, mereka akan tidak membongkarnya ke muka umum.

" Info yang mereka punyai bukan sekedar dipikirkan periode pendeknya serta dipakai untuk jadi memperburuk jalinan, terlebih dengan negara yang tempatnya dekat, " kata Dinna.

Lagipula, bukanlah bermakna saat mereka sukses menyadap system komunikasi Indonesia, lantas seluruhnya info bernilai dapat di ambil. Untuk info yang sifatnya utama, lanjut Dinna, seluruhnya di beri enkripsi dengan pola spesifik.

" Serta saya tahu mereka juga sering ajukan pertanyaan pada kita apakah benar langkah membaca polanya sekian, " kata dia.

Tetapi, bila laporan bekas kontraktor Tubuh Keamanan Nasional Amerika Serikat (NSA), Edward J. Snowden, dapat dibuktikan intelijen Negeri Kanguru menyadap, jadi itu sudah tidak mematuhi tata tingkah laku baik (COC) yang diteken pada pertengahan th. 2014 lantas.

" Bila memanglah hal semacam itu berlangsung, Indonesia janganlah melakukan tindakan sepeti kebakaran jenggot serta arogan. Ke-2 negara terus butuh duduk juga sebagai negara yang berdaulat, " papar Dinna.

Lantas, pelajari kembali isi COC itu serta saksikan poin-poin yang dahulu sudah disetujui berbarengan.

Info tentang penyadapan GCSB serta ASD kali pertama disibak oleh media Selandia Baru, New Zealand Herald serta Radio Selandia Baru. Di situ mereka menulis, ke-2 tubuh intelijen itu sudah menyadap komunikasi petinggi tinggi sebagian negara yaitu di Kepulauan Pasifik serta Indonesia.

Tetapi, Menteri Luar Negeri RI, Retno LP Marsudi, menyebutkan berita itu adalah gosip lama yang ditampilkan kembali.


Sumber : viva.co.id

No comments:

terima kasih

atas kunjungan anda